2.1Definisi Istirahat dan Tidur
Istirahat
merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari
kegelisahan (ansietas). (Narrow, 1967 : 1645)
Secara umum,istirahat berartisuatu keadaan tenang,relaks,tanpa
tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti
tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Tidur berasal dari kata bahasa latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001).Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679) Secara umum tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas
fisik yang minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi,perubahan proses fsiologis
tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari
waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa
tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian
beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti
tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Tidur berasal dari kata bahasa latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001).Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679) Secara umum tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas
fisik yang minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi,perubahan proses fsiologis
tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari
waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa
tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian
beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
2.2 Fisiologi Tidur
Hipotalamus
mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk beberapa jenis kegiatan tak-sadar dari
badan, yang salah satu diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada
hipotalamus dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar
biasa panjang atau lama.
Aktivitas tidur
diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak,yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR (T n arwoto,Wartonah,2003).
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR (T n arwoto,Wartonah,2003).
2.3
Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada
manusia,bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan factor lingkungan
(mis; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme
yang paling umum adalah ritme sirkadian-yamg melengkapi siklus selama 24 jam.
Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung,tekanan darah,temperature,sekresi
hormone,metabolism dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada
ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat
kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun
yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologis
paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah
(Lilis,Taylor,Lemone,1989).
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada
manusia,bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan factor lingkungan
(mis; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme
yang paling umum adalah ritme sirkadian-yamg melengkapi siklus selama 24 jam.
Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung,tekanan darah,temperature,sekresi
hormone,metabolism dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada
ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat
kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun
yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologis
paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah
(Lilis,Taylor,Lemone,1989).
2.4
Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dengan bantuan alat elektroensefalogram
(EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua
tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement
(REM).
(EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua
tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement
(REM).
a. Pola
tidur biasa atau NREM
Pola / tipe tidur biasa
ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat).
Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek
karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan
beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur serta gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih
pendek daripada
gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar.Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu,semua proses
metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat.
è Tanda-tanda tidur NREM adalah :
gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar.Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu,semua proses
metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat.
è Tanda-tanda tidur NREM adalah :
·
Mimpi berkurang
·
Keadaan istirahat (otot mulai
berelaksasi)
·
Tekanan darah turun
·
Kecepatan pernafasan turun
·
Metabolisme turun
·
Gerakan mata lambat
Fase
NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang
masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan
mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang
masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
Tahap I
Tahap
ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang
beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata
bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara
jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang
betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan
dengan mudah.
Tahap II
Tahap
ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih
bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh
dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles”
dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu
10 sampai dengan 15 menit.
Tahap III
Pada
tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih
sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan
gelombang delta yang lambat.
Tahap IV
Tahap
ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang
delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam
keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. Siklus tidur sebagian
besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.
b. Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola
/ tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan
mata cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini
bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun
aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM / Paradoks ini merupakan
pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas
otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap
keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola / tipe tidur ini, ditandai dengan
:
·
Mimpi yang bermacam-macam
·
Otot-otot kendor
·
Ereksi penis pada pria
·
Tekanan darah meningkat
·
Gerakan mata cepat (mata cenderung bolak
balik)
·
Gerakan otot tidak teratur
·
Pernafasan tidak teratur (cenderung lebih cepat)
·
Suhu dan metabolisme meningkat
Perbedaan
antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan
tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul
pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur
NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi
konsolidasi mimpi dalam ingatan.
Syaraf-syaraf
simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses
penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis
dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini
berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8
jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian
sebanyak 4 – 6 siklus.
2.5
Siklus Tidur
Selama tidur , individu
melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui
emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap
NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit,
kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali
melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan
berlangsung selama 10 menit.
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui
emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap
NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit,
kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali
melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan
berlangsung selama 10 menit.
2.6 Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Tidur
Banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya
adalah penyakit, lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress emosional,stimulan dan
alcohol,diet, merokok,dan motivasi.
• Penyakit. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur
yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama
sakit juga dapat mengalami gangguan.
• Lingkungan. faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau
ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring
waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi
trsebut.
• Kelelahan. Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya.
Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
• Gaya hidup. Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
• Stress emosional. Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur
seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui
stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
• Stimulant dan alcohol. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman
dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan
konsumsi alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
• Diet. Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan
dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
• Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun di malam hari.
• Medikasi. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan
seringnya terjaga di malam hari.
• Motivasi. Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk
terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
Banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya
adalah penyakit, lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress emosional,stimulan dan
alcohol,diet, merokok,dan motivasi.
• Penyakit. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur
yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama
sakit juga dapat mengalami gangguan.
• Lingkungan. faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau
ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring
waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi
trsebut.
• Kelelahan. Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya.
Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
• Gaya hidup. Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
• Stress emosional. Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur
seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui
stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
• Stimulant dan alcohol. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman
dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan
konsumsi alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
• Diet. Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan
dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
• Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun di malam hari.
• Medikasi. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan
seringnya terjaga di malam hari.
• Motivasi. Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk
terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
2.7 Ganguan Pola Tidur
Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena factor mental seperti
perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
1. Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai tidur.
2. Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
3. Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lin
dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur
(mis; membaca, mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk.
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena factor mental seperti
perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
1. Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai tidur.
2. Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
3. Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lin
dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur
(mis; membaca, mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk.
Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror), gangguan
transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM
(mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia
dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab
pada siang hari.
Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau
sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik
system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM.
Alternatife pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti; amfetamin atau
metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin
hidroklorida.
Apnea saat tidur
Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic
pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras,
sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit
kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung.
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror), gangguan
transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM
(mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia
dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab
pada siang hari.
Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau
sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik
system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM.
Alternatife pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti; amfetamin atau
metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin
hidroklorida.
Apnea saat tidur
Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic
pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras,
sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit
kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung.
2.8
Manfaat Tahap Tidur
Tahap
Tidur Lelap ` Apabila kita kekurangan
tidur lelap, kita akan merasa lemah, muak, sakit kepala, sakit otot, dan
kesulitan konsentrasi.Karena tidur lelap dianggap penting untuk menjaga fungsi
fisik tubuh, tidur lelap mendapat durasi terlama pada saat awal tidur. Bahkan
apabila kita kurang tidur, tubuh akan memprioritaskan untuk melakukan tidur
lelap dan mengorbankan tahapan lain. Hal ini mengakibatkan tidur lelap nyaris
tidak mungkin terlewatkan pada saat tidur.Sistem imun kita aktif pada saat
tidur lelap. Karena itulah pada saat sakit kita tidur lebih banyak.
Tahap
Tidur REM Kekurangan tahap tidur REM menyebabkan
gangguan juga pada saat kita terjaga, terutama kesulitan dalam
konsentrasi.Sejauh ini, para ilmuwan belum mengetahui apa tepatnya fungsi yang
disediakan oleh tidur REM ini. Namun tidur REM dianggap tidak signifikan dalam
menjaga fungsi fisik tubuh. Namun, para ilmuwan berteori bahwa kita
menyerap sebagian besar pembelajaran pada saat terjaga pada saat tidur REM. Hal
ini menjelaskan mengapa bayi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur,
50% dari waktu tidurnya merupakan tidur REM.
Tahap
Sleep Clock Ada
suatu mekanisme dalam tubuh kita yang mengatur kualitas tidur kita yang
ditentukan oleh seberapa lelap dan seberapa lama kita tidur. Mekanisme ini
disebut body clock. Namun karena kita sedang membicarakan tentang tidur,
istilah ini akan diganti menjadi sleep clock. Sleep clock, adalah
suatu system yang mendasari dan mengatur tidur dan energi kita.Sleep clock
memiliki 3 variabel utama yang mempengaruhi tidur kita:
v Circadian Rhythm
Bagian
pertama, dan terpenting, dari sleep clock adalah Circadian Rhythm. Circadian
Rhythm adalah ritme suhu tubuh. Suhu tubuh kita, sebenarnya tidak konstan 37o
C, melainkan naik-turun seiring jam bertambah dalam satu hari. Perbedaan suhu
tubuh yang terjadi sekitar 2o C. Saat suhu tubuh naik, kita menjadi
lebih terjaga dan energik, sedangkan saat suhu tubuh turun kita menjadi lebih
lelah dan malas. Ritme suhu tubuh inilah penyebab kita merasa mengantuk dan
terbangun pada jam yang sama setiap hari.
v Melatonin dan cahaya
matahari
Faktor penting kedua dari sleep
clock adalah melatonin. Melatonin adalah hormon yang dibentuk kelenjar
pineal dan retina. Melatonin bertugas untuk membuat kita tertidur dan
mengembalikan energy fisik ketika kita tidur. Apabila melatonin tinggi, kita
akan merasa mengantuk, lemah, dll. Level
melatonin dalam tubuh SANGAT tergantung pada jumlah cahaya matahari yang
diterima mata pada suatu hari. Banyak cahaya matahari akan memperlambat proses
pembentukan melatonin, sebaliknya kekurangan cahaya matahari akan membuat
peningkatan secara cepat pada jumlah melatonin yang berakibat timbulnya rasa
mengantuk, lelah, dll. Hal ini menjelaskan mengapa dalam kelas yang
pencahayaannya buruk kita lebih mudah mengantuk. Untuk mengoptimasi sleep
clock kita, mendapatkan cahaya matahari yang cukup meruapakan suatu kewajiban.Level
aktivitas Jumlah pergerakan dan latihan kardiovaskular yang dilakukan pada saat
malam berimbas besar pada ritme suhu tubuh kita. Secara umum ada 4 manfaat yang
bisa diperoleh:
Ø Peningkatan
yang cepat pada suhu tubuh yang dapat sangat berguna bagi system tidur.
Ø Meningkatkan
puncak suhu tubuh pada siang hari dan meningkatkan level energy kita.
Ø Memperlambat
turunnya suhu tubuh keesokan hari, menjadikan kita terjaga lebih lama.
Ø Membuat
suhu tubuh turun drasis pada akhir hari sehingga tidur lebih lelap.
v Keterjagaan sebelumnya
Keterjagaan kita di hari sebelumnya
juga sangat berpengaruh terhadap sleep clock, karena keterjagaan
sebelumnya sangat berkaitan dengan 3 faktor sebelum ini. Lebih lama terjaga,
kita dapat melakukan level aktivitas yang lebih tinggi. Selain itu, terjaga
lebih lama nyaris berarti kita lebih banyak pula bertemu cahaya matahari. Karena
itu, apabila kita tidur 8-9 jam per hari dan tetap merasa lemas, ini bisa
berarti kita membutuhkan tidur LEBIH SEDIKIT. Kita tidur terlalu banyak dan
harus meningkatkan keterjagaan untuk mendapat tidur yang lebih lelap dan ritme
suhu tubuh yang lebih seimbang.
2.9 Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Tidur a. Pengkajian
Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
Riwayat tidur
Penkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki
faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien
dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi:
• Pola tidur yang biasa.
• Ritual sebelum tidur.
• Penggunaan obatbtidur atau obat-obatan lainnya.
• Lingkungan tidur.
• Perubahan terkini pada pola tidur.
Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui pada
pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul,
frekuensinya, pengaruh terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien berkoping
dengan masalah tersebut.
Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki masalah tidur
sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien. Catatan
tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut:
• Jumlah jam tidur total per hari.
• Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu).
• Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur).
• Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur, (c) tertidur, (d) terjaga di malam hari
dan durasinya, serta (e) bangun tidur di pagi hari.
• Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.
• Factor yang klien yakini member pengaruh positif atau negatif pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau
grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien.
Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya
lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll.
Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian,
bicara lambat, menguap, dll. Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur
juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energy.
c. Pemeriksaan diagnostic
Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa
jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. d. Penetapan diagnosis
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien
dengan masalah tidur adalah gangguan pola tidur.eitologi untuk label diagnosis ini
dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu.hal ini meliputi
ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering,
serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur.
Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk
diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan Koping,
Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll.
e. Perencanaan dan inplementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk
mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energi yang
cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait
dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau meningkatkan kualitas
tidurnya.
1. Gangguan pola tidur.
Yang berhubungan dengan:
• Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport oksigen,
gangguan eliminasi, gangguan metabolisme).
• Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (mis; sedatif, hipnotik,
antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll).
• Depresi.
• Nyeri.
• Aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
• Perubahan lingkungan.
• Perubahan ritme sirkadian
• Takut.
2. Kriteri hasil
Individu akan melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat dan
aktivitas.
3. Indikator
• Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
• Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur
4. Intervensi umum
• Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress,
ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperature,
aktivitas yang tidak adekuat).
• Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan gangguan tidur.
Bising
➢ Tutup pintu kamar.
➢ Cabut kabel telepon.
➢ Nyalakan “bunyi-bunyi yang lembut” (mis; kipas angin, music yang
tenang, suara hujan, angin).
➢ Pasang lampu tidur.
➢ Turunkan volume alarm dan TV.
Gangguan
➢ Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur.
➢ Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (mis; setelah
makan).
➢ Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien
untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih sebelum
tidur.
• Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.
➢ Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari bersama klien (jalan kaki,
terapi fisik).
➢ Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
➢ Anjurkan klien untuk pagi hari
➢ Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan klien rangsang ia untuk
tetap terjaga.
• Bantu upaya tidur
➢ Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien, keluarga atau orang tuajam,
praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan patuhi semaksimal
mungkin
➢ Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (mis; hygiene
personal, linen dan baju tidur yang bersih).
➢ Gunakan alat bantu tidur (mis; air hangat untuk mandi, bahan bacaan,
pijatan di punggung,susu, music yang lembut, dll).
➢ Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5 periode,
masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
➢ Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap sif
• Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):
➢ Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur, dan
istirahat (hari biasa, akhir pekan).
➢ Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur anda tidak nyenyak,
hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.
➢ Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan tidur.
➢ Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur kembali, beranjaklah dari
tempat tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30 menit.
➢ Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein (coklat, the,
kopi) saat siang dan petang hari.
➢ Hindari minuman yang beralkohol.
➢ Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya L-triptofan (mis; susu,
kacang) menjelang tidur.
• Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur (jalan kaki,lari, senam aerobic dan
latihan) fisik selama sedikitnya satu setengah jam tiga kali seminggu (jika tidak
dikoordinasikan) untuk menurunkan stress dan memudahkan tidur.
• Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu yang
lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan mengganggu fungsi pada
siang hari.
• Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab gangguan
tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghindari atau
meminimalkan penyebab tersebut.
5. Rasional
• Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit yang asing
dapat menghambat relaksasi.
• Agar merasa segar, individu biasanya harus menyelesaikan keseluruhan siklus
tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali semalam (Cohen & Meritt, 1992;
Thelan et al, 1998).
Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
Riwayat tidur
Penkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki
faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien
dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi:
• Pola tidur yang biasa.
• Ritual sebelum tidur.
• Penggunaan obatbtidur atau obat-obatan lainnya.
• Lingkungan tidur.
• Perubahan terkini pada pola tidur.
Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui pada
pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul,
frekuensinya, pengaruh terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien berkoping
dengan masalah tersebut.
Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki masalah tidur
sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien. Catatan
tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut:
• Jumlah jam tidur total per hari.
• Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu).
• Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur).
• Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur, (c) tertidur, (d) terjaga di malam hari
dan durasinya, serta (e) bangun tidur di pagi hari.
• Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.
• Factor yang klien yakini member pengaruh positif atau negatif pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau
grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien.
Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya
lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll.
Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian,
bicara lambat, menguap, dll. Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur
juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energy.
c. Pemeriksaan diagnostic
Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa
jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. d. Penetapan diagnosis
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien
dengan masalah tidur adalah gangguan pola tidur.eitologi untuk label diagnosis ini
dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu.hal ini meliputi
ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering,
serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur.
Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk
diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan Koping,
Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll.
e. Perencanaan dan inplementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk
mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energi yang
cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait
dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau meningkatkan kualitas
tidurnya.
1. Gangguan pola tidur.
Yang berhubungan dengan:
• Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport oksigen,
gangguan eliminasi, gangguan metabolisme).
• Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (mis; sedatif, hipnotik,
antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll).
• Depresi.
• Nyeri.
• Aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
• Perubahan lingkungan.
• Perubahan ritme sirkadian
• Takut.
2. Kriteri hasil
Individu akan melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat dan
aktivitas.
3. Indikator
• Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
• Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur
4. Intervensi umum
• Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress,
ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperature,
aktivitas yang tidak adekuat).
• Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan gangguan tidur.
Bising
➢ Tutup pintu kamar.
➢ Cabut kabel telepon.
➢ Nyalakan “bunyi-bunyi yang lembut” (mis; kipas angin, music yang
tenang, suara hujan, angin).
➢ Pasang lampu tidur.
➢ Turunkan volume alarm dan TV.
Gangguan
➢ Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur.
➢ Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (mis; setelah
makan).
➢ Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien
untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih sebelum
tidur.
• Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.
➢ Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari bersama klien (jalan kaki,
terapi fisik).
➢ Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
➢ Anjurkan klien untuk pagi hari
➢ Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan klien rangsang ia untuk
tetap terjaga.
• Bantu upaya tidur
➢ Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien, keluarga atau orang tuajam,
praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan patuhi semaksimal
mungkin
➢ Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (mis; hygiene
personal, linen dan baju tidur yang bersih).
➢ Gunakan alat bantu tidur (mis; air hangat untuk mandi, bahan bacaan,
pijatan di punggung,susu, music yang lembut, dll).
➢ Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5 periode,
masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
➢ Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap sif
• Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):
➢ Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur, dan
istirahat (hari biasa, akhir pekan).
➢ Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur anda tidak nyenyak,
hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.
➢ Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan tidur.
➢ Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur kembali, beranjaklah dari
tempat tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30 menit.
➢ Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein (coklat, the,
kopi) saat siang dan petang hari.
➢ Hindari minuman yang beralkohol.
➢ Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya L-triptofan (mis; susu,
kacang) menjelang tidur.
• Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur (jalan kaki,lari, senam aerobic dan
latihan) fisik selama sedikitnya satu setengah jam tiga kali seminggu (jika tidak
dikoordinasikan) untuk menurunkan stress dan memudahkan tidur.
• Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu yang
lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan mengganggu fungsi pada
siang hari.
• Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab gangguan
tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghindari atau
meminimalkan penyebab tersebut.
5. Rasional
• Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit yang asing
dapat menghambat relaksasi.
• Agar merasa segar, individu biasanya harus menyelesaikan keseluruhan siklus
tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali semalam (Cohen & Meritt, 1992;
Thelan et al, 1998).
• Keefektifan obat-obatan sdatif dan hipnotik mulai berkurang setelah satu
minggu penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian dosis yang tinggi dan
berisiko menyebabkan ketergantungan.
• Ritual/kebiasaan tidur yang biasa dilakukan dapat meningkatkan relaksasi dan
membantu tidur (Cohen & Meritt, 1992).
• Susu hangat yang mengandung L-triptofan merupakan penginduksi tidur
(hammer, 1991).
• Kafein dan nikotin adalah stimulan SSP yang dapat memperpanjang masa laten
dan meningkatkan frekuensi terjaga di malam hari (Miller, 1999).
• Alkohol dapat menginduksi kantuk, tetapi menekan tidur REM dan meningkatkan
frekuensi terjaga (Miller, 1999).
• Tidur saat dini hari menghasilkan lebih banyak tidur REM dibandingkan tidur
pada siang hari. Tidur siang lebih dari 90 menit mengurangistimulus untuk
siklus tidur yang lebih panjang, yang di dalamnya terdapat tidur REM (Thelan et
al, 1998).
• Para peneliti menyebutkan, penghalang utama tidur pada klien yang menjalani
perawatan kritis adalah aktivitas, kebisingan, nyeri, kondisi fisik, prosedur
keperawatan, cahaya, dan hipotermia.
• Kebisingan lingkungan yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapt ditutupi
dengan “bunyi-bunyi yang lembut” (mis; kipas angin, music yang lembut, suara
rekaman {hujan, ombak pantai}) (Miller, 1999).
• Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu irama sirkardian normal;
kemungkinan menyebabkan sulit tidur.
Tips
Mengatur Pola Tidur Bayi Pola tidur bayi baru lahir kadang-kadang
memang agak aneh. Bayi bisa tidur seharian di siang hari dan bolak-balik bangun
di malam hari. Atau, siang malam maunya tidur terus, hanya benar-benar bangun
saat ia lapar. Bagaimana menanganinya
Ketika di dalam rahim, bayi tak pernah tahu perbedaan siang atau malam, dan biasanya hal ini terbawa sampai lahir. Anda tak perlu khawatir dengan hal ini, karena bayi memang akan tidur sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya, lama-kelamaan ia akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Tetapi, jika sudah lebih dari dua jam bayi Anda belum juga bangun, sebaiknya dibangunkan untuk diberi ASI. Berikut tipsnya: Saat tidur di siang hari, Anda dapat meletakkan bayi di kereta dorong atau ayunan. Malam hari baru ditaruh kembali di boks-nya.Beri ASI menjelang bayi tidur malam. Ini akan membantunya terlelap tidur dan akan terbiasa dengan pola ini.
Ketika di dalam rahim, bayi tak pernah tahu perbedaan siang atau malam, dan biasanya hal ini terbawa sampai lahir. Anda tak perlu khawatir dengan hal ini, karena bayi memang akan tidur sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya, lama-kelamaan ia akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Tetapi, jika sudah lebih dari dua jam bayi Anda belum juga bangun, sebaiknya dibangunkan untuk diberi ASI. Berikut tipsnya: Saat tidur di siang hari, Anda dapat meletakkan bayi di kereta dorong atau ayunan. Malam hari baru ditaruh kembali di boks-nya.Beri ASI menjelang bayi tidur malam. Ini akan membantunya terlelap tidur dan akan terbiasa dengan pola ini.
Matikan
lampu di malam hari, agar dia mengenal perbedaan siang dan malam. Bayi Anda
akan menyesuaikan diri, kapan waktu tidur dan sebaliknya.
terima kasih atas infonya sangat bermanfaat bagi saya,,
BalasHapus