KIMIA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Untuk
memenuhI TUGAS KIMIA
Disusun Oleh :
DINI SITI
NURAENI
PSIK TINGGKAT 1
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon
Jl. Brigjen
Darsono 12B By Pass Cirebon
Telp. (0231)
247852.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu Mata Kuliah KIMIA
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data – data
sekunder yang kami peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan
KIMIA , tak lupa penyusun ucapkan
terima kasih kepada pengajar mata kuliah KIMIA atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah
ini. Juga kepada
rekan – rekan mahasiswa yang telah mendukung
sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai manfaat
ilmu kimia dalm kehidupan sehari-hari, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.
Cirebon, Februari 2011
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat"
karena menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu
bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai
subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu.
Sebagai contoh, kimia
fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.
Kimia tradisional juga menangani analisis zat kimia, baik di dalam maupun di luar
suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi.Zat cenderung diklasifikasikan berdasarkan
energi, fase, atau komposisi kimianya. Materi dapat digolongkan dalam 4 fase,
urutan dari yang memiliki energi paling rendah adalah padat, cair, gas, dan plasma. Dari keempat jenis fase ini, fase plasma
hanya dapat ditemui di luar
angkasa yang berupa bintang, karena kebutuhan energinya yang teramat
besar. Zat padat memiliki struktur tetap pada suhu
kamar yang dapat melawan gravitasi atau gaya lemah lain yang mencoba
merubahnya. Zat cair memiliki ikatan yang terbatas, tanpa struktur, dan akan
mengalir bersama gravitasi. Gas tidak memiliki ikatan dan bertindak sebagai
partikel bebas. Sementara itu, plasma hanya terdiri dari ion-ion yang bergerak
bebas; pasokan energi yang berlebih mencegah ion-ion ini bersatu menjadi
partikel unsur. Satu cara untuk membedakan ketiga fase pertama adalah dengan
volume dan bentuknya: kasarnya, zat padat memeliki volume dan bentuk yang
tetap, zat cair memiliki volume tetap tapi tanpa bentuk yang tetap, sedangkan
gas tidak memiliki baik volume ataupun bentuk yang tetap.
Ilmuwan yang mempelajari kimia sering disebut kimiawan. Sebagian besar kimiawan melakukan
spesialisasi dalam satu atau lebih subdisiplin. Kimia yang diajarkan pada
sekolah menengah sering disebut "kimia umum" dan ditujukan sebagai
pengantar terhadap banyak konsep-konsep dasar dan untuk memberikan pelajar alat
untuk melanjutkan ke subjek lanjutannya.
1
Banyak konsep yang dipresentasikan pada tingkat ini
sering dianggap tak lengkap dan tidak akurat secara teknis.
Walaupun demikian,
hal tersebut merupakan alat yang luar biasa. Kimiawan secara reguler menggunakan alat dan
penjelasan yang sederhana dan elegan ini dalam karya mereka, karena terbukti
mampu secara akurat membuat model reaktivitas kimia yang sangat bervariasi.Ilmu
kimia secara sejarah merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia yang telah dipraktikkan selama berabad-abad
di seluruh dunia.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini,
diharapkan mahasiswa mampu :
1.
Mengetahui bahan kimia yang ada di rumah
2.
Mengetahui Zat Aditif
dalam Bahan Makanan
3.
Menjelaskan Zat
Adiktif dan Psikotropika
1.3
Metode
Pengumpulan Data
Dalam pembuatan
makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah diperoleh dari situs
web internet yang membahas “kimia dala
kehidupan sehari-hari”
2
1.4
Sistematika
Penulisan
Dalam penulisan
makalah ini, untuk mempermudah penyusunan penulis menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut :
JUDUL PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……………………………………….…………1-2
1.2
Tujuan…………………………………………………...………1-2.
1.3
Metode Pengumpulan Data……………………………………..1-2
1.4
Sistematika Penulisan…………………………………..……….1-2
BAB
II : ISI
2.1
Kimia dalam kehidupan
sehari-hari……………………………2-4
2.2
Bahan Kimia yang Ada di Rumah……………………………….4-8
2.3
Zatadiktif
dalam bahan makanan……………………………….9-15
2.4
Zat Adiktif dalam psikotropika………………………………15-20
BAB
III : PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
ISI
2.1
Kimia Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sejalan dengan dengan kemajuan industri dan tegnologi, kebutuhan manusia
akan sarana yang memadai makin bertambah. Salah satu sarana itu ialah bahan
kimia,baik berupa unsur, senyawa ataupum campuran. Kebayakan dari unsur
tersebut terdapat sebagai persenyawaan. Hanya unsur-unsur yang kurang reaktif
saja yang belum ditemukan dalam keadaan bebas. Tetapi, berkat kemajuan
iptek telah dapat membebaskan
unsur-unsur dari persenyawaan yang meliputi unsur logam dan non logam.selain itu berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan produk-produk industri yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui
manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk
kepentingan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui
jenis, sifat-sifat, kegunaan, dan efek samping dari setiap produk yang kita
gunakan atau kita lihat sehari-hari.
2.2 Bahan Kimia yang Ada di Rumah
Zat-zat yang ada dalam
kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur
dengan dua atau lebih zat lainnya.campuran suatu zat akan tetap mempertahankan
sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh
sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh
sifat masing-masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang
bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, pada bab ini hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja.
Bahan kimia yang dimaksud, di antaranya adalah: 1. pembersih; 2. pemutih
pakaian; 3. pewangi; 4. pestisida; 5. zat aditif makanan; 6. zat adiktif; dan
7. zat psikotropika.
4
a.
Bahan Kimia Pembersih
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih, di antaranya sabun
dan detergen, Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya
tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan detergen
dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air
(hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak suka akan air
(hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak. Jika dalam pakaian yang
dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat
hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut
yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan
butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan
sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau minyak yang telah lepas dari pakaian
tidak dapat saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan. Kita perlu
hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen
sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah
yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air tanah
tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih
detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable).
Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak
selektif atau tidak hati-hati adalah: a. rusaknya keindahan lingkungan
perairan; b. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan c.
merugikan kesehatan manusia.
b.
Pemutih Pakaian
Pemutih biasanya dijual
dalam bentuk larutannya
dan digunakan untuk menghilangkan
kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya menggunakan
sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual di pasaran biasanya mengandung
bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain digunakan sebagai
pemutih dan membersihkan noda, juga digunakan untuk desinfektan (membasmi
kuman).
5
Pada umumnya, bahan pemutih yang dijual di
pasaran sudah aman untuk dipakai selama pemakaiannya sesuai dengan petunjuk.
Selain dengan noda, zat ini juga bisa bereaksi dengan zat warna pakaian
sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh karena itu, pemakaian pemutih ini
harus sesuai petunjuk.
c.
Pewangi
Pewangi merupakan bahan
kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat
memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun sintetik. Bahan pewangi alami
yang sudah kita kenal di antaranya diperoleh dari daun kayu putih, kulit kayu
manis, batang kayu cendana, bunga kenanga, bunga melati, dan buah pala. Bahan
pewangi sintetik biasanya dipakai dalam berbagai pewangi atau parfum dalam
kemasan. Selain zat yang menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di
pasaran biasanya mengandung zat-zat lain, seperti alkohol untuk pewangi yang
berbentuk cair dan tawas untuk pewangi yang berbentuk padat. Selain alkohol,
masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja ditambahkan ke dalam
pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut berfungsi sebagai
propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi sebagai propelan
tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan tertentu jika lepas ke
udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan merusak lapisan ozon (suatu
lapisan di udara bagian atas yang melindungi manusia dari sinar-sinar berenergi
tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk itu, kita harus selektif ketika
membeli produk berupa parfum, jangan sampai mengandung bahan kimia yang dapat
mencemari lingkungan.
d.
Pestisida
Bahan kimia jenis
pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida dipakai untuk
memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi pertanian.
Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang
ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri,
virus, tikus, bekicot, dan nematoda (cacing).
6
Pestisida yang biasa
digunakan para petani dapat digolongkan menurut fungsi dan sasaran
penggunaannya, yaitu:
a)
Insektisida, yaitu
pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga, seperti belalang, kepik,
wereng, dan ulat. Beberapa jenis insektisida juga dipakai untuk memberantas
sejumlah serangga pengganggu yang ada di rumah, perkantoran, atau gudang,
seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh insektisida adalah
basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon.
b)
Fungisida, yaitu
pestisida yang dipakai untuk memberantas dan mencegah pertumbuhan jamur atau
cendawan. Bercak yang ada pada daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun
disebabkan oleh serangan jamur. Beberapa contoh fungisida adalah tembaga
oksiklorida, tembaga(I) oksida, karbendazim, organomerkuri, dan natrium
dikromat.
c)
Bakterisida, yaitu
pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Pada umumnya, tanaman yang
sudah terserang bakteri sukar untuk disembuhkan. Oleh karena itu, bakterisida
biasanya diberikan kepada tanaman yang masih sehat. Salah satu contoh dari
bakterisida adalah tetramycin, sebagai pembunuh virus CVPD yang menyerang
tanaman jeruk.
d) Rodentisida,
yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan
pengerat, seperti tikus. Rodentisida dipakai dengan cara mencampurkannya dengan
makanan kesukaan tikus. Dalam meletakkan umpan tersebut harus hati-hati, jangan
sampai termakan oleh binatang lain. Contoh dari pestisida jenis ini adalah
warangan.
e)
Nematisida, yaitu
pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman jenis cacing
(nematoda). Hama jenis cacing biasanya menyerang akar dan umbi tanaman. Oleh
karena pestisida jenis ini dapat merusak tanaman maka pestisida ini harus sudah
ditaburkan pada tanah tiga minggu sebelum musim tanam. Contoh dari pestisida
jenis ini adalah DD, vapam, dan dazomet.
7
f)
Herbisida, yaitu
pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma), seperti
alang-alang, rerumputan, dan eceng gondok. Contoh dari herbisida adalah
ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
Penggunaan pestisida
telah menimbulkan dampak yang negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun
bagi kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, penggunaannya harus dilakukan
sesuai dengan aturan. Beberapa dampak negatif yang dapat timbul akibat
penggunaan pestisida, di antaranya:
a)
Terjadinya pengumpulan
pestisida (akumulasi) dalam tubuh manusia karena beberapa jenis pestisida sukar
terurai. Pestisida yang terserap tanaman akan terdistribusi ke dalam akar,
batang, daun, dan buah. Jika tanaman ini dimakan hewan atau manusia maka
pestisidanya akan terakumulasi dalam tubuh sehingga dapat memunculkan berbagai
risiko bagi kesehatan hewan maupun manusia.
b)
Munculnya hama spesies
baru yang lebih tahan terhadap takaran pestisida. Oleh karena itu, diperlukan
dosis pemakaian
pestisida yang lebih tinggi atau pestisida lain yang lebih kuat daya basminya.
Jika sudah demikian maka risiko pencemaran akibat pemakaian pestisida akan
semakin besar baik terhadap hewan maupun lingkungan, termasuk juga manusia
sebagai pelakunya. Ternyata, penggunaan pestisida selain memberikan keuntungan
juga dapat memberikan kerugian. Oleh karena itu, penyimpanan dan penggunaan
pestisida apapun jenisnya harus dilakukan secara hati-hati dan sesuai petunjuk.Untuk mengurangi dampak
penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami
atau pestisida yang dibuat dari bahan-bahan alami. Misalnya, air rebusan batang
dan daun tomat dapat dipakai dalam memberantas ulat dan lalat hijau. Selain
contoh tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang dapat bertindak sebagai
pestisida alami, seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba,
kunir, dan kucai.
8
Setiap hari kita memerlukan makanan untuk
mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru,
menggantikan sel-sel yang rusak (protein). Selain itu, kita juga memerlukan
makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur proses dalam tubuh, yaitu
vitamin, mineral, dan air. Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada
ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung
pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat
apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap
hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat yang
diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis
makanan mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu
menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur
sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam
hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat
aditif makanan.
Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi
masih banyak bahan-bahan kimia lain. Zat aditif makanan ditambahkan dan
dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan,
meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak
cepat busuk, dan lain sebagainya
Bahan yang
tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
a.
Memperbaiki kualitas
atau gizi makanan;
b.
Membuat makanan tampak
lebih menarik;
c.
Meningkatkan cita rasa
makanan; dan
d.
Membuat makanan menjadi
lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara
sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung,
9
tetapi juga
termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan.
Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau
sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1.
Zat aditif yang berasal
dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2.
Zat aditif sintetik
dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis,
baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam
askorbat. Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat
dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat
aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar
makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang
untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada
makanan adalah:
-
Zat pewarna alami,
dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari
daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti warna cokelat
dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari
wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka
dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari
bahan-bahan kimia.
-
Zat pewarna sintetik,
dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna
sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih
banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan
warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai
sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna
sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat
membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen
(penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika
membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna.
10
Kamu harus
yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan
atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan
dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat bewarna makanan yang
umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk
serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna
dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak
larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk
yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada
makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
-
Zat pemanis alami.
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti
kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari
buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi.
Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami
risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari
makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
-
Zat pemanis buatan atau
sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia
sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang
yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi
pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik,
yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat,
aspartam, dan dulsin.Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih
tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30
kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam
natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan
dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan
dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan
karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.
11
Misalnya,
penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa
pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain,
garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan
senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat
menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping
berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
C.
Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman
tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah
satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet
(zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet adalah zat-zat yang
sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman
tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan
dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan
zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka
waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun.
Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket
biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan
makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan
kesehatan. Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat
dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
-
Zat pengawet alami
berasal dari alam, contohnya gula
(sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam
dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
-
Zat pengawet sintetik
atau buatan merupakan hasil
sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai
pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk
mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam
tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut,
ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang
berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah.
12
Asam fosfat
yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat
pengawet. Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet
yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang
dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan
benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet
formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan
jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga
pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang
dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif
dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat
memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh
dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri
kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu,
dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
a)
Gangguan pada sistem
saraf, ginjal, hati, dan kulit;
b)
Gejala pendarahan di
lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
c)
Terjadinya komplikasi
pada otak dan hati; dan d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks
sebanyak 3–6 gram. Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan
sebagai zat aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi
makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan
ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat
kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau
pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan
dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam
rempahrempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti
cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak
lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab
yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai
Indonesia.
13
Jika
rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa
tertentu pada makanan. Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam,
ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa
contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
- oktil
asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur
dengan zat penyedap ini;
- etil
butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
- amil
asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
- amil
valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma
seperti buah apel. Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah
disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas
dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG).
Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan
menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan
“Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala
terasa pusing dan berdenyut.
Bagi yang
menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih
bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk mengonsumsinya,
sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak mengandung
MSG” dalam kemasannya. Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah mempelajari
tentang pengelompokan zat aditif berdasarkan fungsinya beserta
contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki
lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat
alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai
sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak
hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh
lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan
sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan. Untuk penggunaan zat-zat
aditif alami, umumnya tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh
dikonsumsi perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan
penggunaannya yang telah ditetapkan sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau
jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan dan aman bagi
kesehatan.
14
Jika kita
mengonsumsinya melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan risiko bagi
kesehatan. Jika kita mengidentifikasi zat aditif yang dipakai dalam
makanan/minuman, lihatlah kemasan pada makanan/minuman tersebut.
2.4 Zat Adiktif dan psikotropika
Bahan-bahan kimia tidak hanya menyangkut bahanbahan
kimia yang ada di rumah tangga, seperti pemutih, pembersih, dan zat-zat aditif
makanan, tetapi juga zatzat yang dapat menimbulkan pengaruh negatif atau efek
samping bagi kesehatan jika pemakaiannya disalahgunakan. Bahan kimia dimaksud
di sini adalah kelompok zat kimia yang tergolong ke dalam zat adiktif dan
psikotropika.
a.
Zat Adiktif
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang
pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan
ketergantungan psikologis yang panjang (drug dependence). Kelompok zat adiktif
adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman,
baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Narkotika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan
risiko ketergantungannya terbagi dalam 3 golongan, yaitu:
-
Golongan I,
narkotika hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi serta memiliki potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
-
Golongan II,
narkotika untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki
potensi kuat untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan.
-
Golongan III,
narkotika untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
15
v
Ganja
Ganja atau mariyuana merupakan zat adiktif narkoba
dari golongan kanabionoid. Ganja terbuat dari daun, bunga, biji, dan ranting
muda tanaman mariyuana (Cannabis sativa) yang sudah kering. Ganja dipakai dalam
bentuk rokok lintingan, campuran tembakau, dan damar ganja. Tanda-tanda penyalahgunaan
ganja, yaitu gembira dan tertawa tanpa sebab, santai dan lemah, banyak bicara
sendiri, pengendalian diri menurun, menguap atau mengantuk, tetapi susah tidur,
dan mata merah, serta tidak tahan terhadap cahaya.
Tanda-tanda gejala putus obat (ganja), yaitu sukar
tidur, hiperaktif, dan hilangnya nafsu makan. Tandatanda gejala overdosis,
yaitu ketakutan, daya pikir menurun, denyut nadi tidak teratur, napas tidak
teratur, dan mendapat gangguan jiwa.
v
Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida,
dikenal juga dengan sebutan candu, morfin, heroin, dan putau. Opium diambil
dari getah buah mentah Pavaper sommiverum. Opium mengandung lebih dari dua
puluh macam senyawa. Morfin kali pertama diisolasi dari getah buah pada 1905
oleh Friedrich Seturner. Pada waktu itu, morfin digunakan oleh para tentara
untuk menghilangkan rasa sakit karena luka atau menghilangkan rasa nyeri pada
penderita kanker. Setelah itu, banyak tentara yang mengalami adiksi (efek
ketergantungan). Pemakaian dosis morfin yang berlebihan dapat menyebabkan
kematian. Heroin merupakan senyawa turunan (hasil sintesis) dari morfin yang
dikenal dengan sebutan putau. Kodein merupakan senyawa turunan dari morfin,
tetapi memiliki kemampuan menghilangkan nyeri lebih lemah, demikian pula efek
kecanduannya (adiksinya) lebih lemah. Kodein biasa dipakai dalam obat batuk dan
obat penghilang rasa nyeri. Penggunaannya yang menyalahi aturan dapat
menimbulkan rasa sering mengantuk, perasaan gembira berlebihan, banyak berbicara
sendiri,
16
kecenderungan
untuk melakukan kerusuhan, merasakan nafas berat dan lemah, ukuran pupil mata
mengecil, mual, susah buang air besar, dan sulit berpikir. Jika pemakaian obat
ini diputus, akan timbul hal-hal berikut: sering menguap, kepala terasa berat,
mata basah, hidung berair, hilang nafsu makan, lekas lelah, badan menggigil,
dan kejang-kejang. Jika pemakaiannya melebihi dosis atau overdosis, akan
menimbulkan hal-hal berikut: tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas pendek
tersenggal-senggal, dan dapat mengakibatkan kematian.
v
Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari
narkotika. Kokain diperoleh dari hasil ekstraksi daun tanaman koka
(Erythroxylum coca). Zat ini dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan
memiliki efek merangsang jaringan otak bagian sentral. Pemakaian zat ini
menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan
gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan muntah. Seperti
halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis tertentu dapat
mengakibatkan kematian.
v
Sedativa dan Hipnotika
(Penenang)
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti
pil BK dan magadon digunakan sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika).
Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan
dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakannya tertidur. Gejala akibat
pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya
pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan, kemudian
diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur,
gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan
kejang-kejang. Jika pemakaiannya overdosis maka akan timbul gejala gelisah,
kendali diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka
bertengkar, napas lambat, kesadaran turun, pingsan,
17
v
Nikotin
Nikotin dapat diisolasi atau dipisahkan dari tanaman
tembakau. Namun, orang biasanya mengonsumsi nikotin tidak dalam bentuk zat
murninya, melainkan secara tidak langsung ketika mereka merokok.
Nikotin yang
diisap pada saat merokok dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan
tekanan darah, bersifat karsinogenik sehingga dapat meningkatkan risiko
terserang kanker paru-paru, kaki rapuh, katarak, gelembung paru-paru melebar
(emphysema), risiko terkena penyakit jantung koroner, kemandulan, dan gangguan
kehamilan.
v
Alkohol
Alkohol diperoleh melalui proses peragian
(fermentasi) sejumlah bahan, seperti beras ketan, singkong, dan perasan anggur.
Alkohol ini sudah dikenal manusia cukup lama. Salah satu penggunaan alkohol
adalah untuk mensterilkan berbagai peralatan dalam bidang kedokteran. Alkohol
yang terkandung dalam minuman dapat berasal dari hasil fermentasi bahan minuman
itu sendiri (contohnya, alkohol yang terdapat dalam minuman hasil fermentasi
sari buah anggur) atau sengaja ditambahkan ke dalam suatu minuman olahan. Semua
jenis minuman yang mengandung alkohol (etanol), disebut minuman keras.
Berdasarkan kandungan alkoholnya, minuman keras dikelompokkan menjadi beberapa golongan
yaitu :
-
berkadar etanol
1–5 %;
-
berkadar etanol
5–20 %; dan
-
berkadar etanol
20–50 %.
Tanda-tanda gejala pemakaian
alkohol, yaitu gembira, pengendalian diri turun, dan muka kemerahan. Jika sudah
kecanduan meminum minuman keras, kemudian dihentikan maka akan timbul gejala
gemetar, muntah, kejang-kejang, sukar tidur, dan gangguan jiwa.
18
Jika overdosis akan timbul gejala perasaan
gelisah, tingkah laku menjadi kacau, kendali turun, dan banyak bicara sendiri.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupu sintetik, bukan narkotika dan berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika menurut tujuan penggunaan dan
tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam 4 golongan, yaitu:
- Golongan
I, psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
- Golongan
II, psikotropika yang berkhasiat sebagai oba dan dapat digunakan dalam terapi
dan tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
- Golongan
III, psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan banyak digunakan dalam
terapi dan tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi sedang mengakibatkan
sindrom ketergantungan.
- Golongan
IV, psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi ringa mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam
psikotropika, tetapi tidak semua psikotropika menimbulkan ketergantungan.
Berikut ini termasuk ke dalam golongan psikotropika, yaitu LSD (Lysergic Acid
Diethylamide) dan amfetamin. Penyalahgunaan kedua golongan psikotropika ini
sudah meluas di dunia.
v
LSD (Lysergic Acid
Diethylamide)
LSD merupakan zat psikotropika yang dapat
menimbulkan halusinasi (persepsi semu mengenai sesuatu benda yang sebenarnya
tidak ada). Zat ini dipakai untuk membantu pengobatan bagi orang-orang yang
mengalami gangguan jiwa atau sakit ingatan.
19
Zat ini
bekerja dengan cara membuat otototot yang semula tegang menjadi rileks Penyalahgunaan zat ini
biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menderita frustasi dan ketegangan
jiwa.
v
Amfetamin
Kita seringkali mendengar pemberitaan di media massa
mengenai penjualan barang-barang terlarang, seperti ekstasi dan shabu. Ekstasi
dan shabu adalah hasil sintesis dari zat kimia yang disebut amfetamin.
Jadi, zat psikotropika, seperti ekstasi dan shabu tidak
diperoleh dari tanaman melainkan hasil sintesis. Pemakaian zat-zat tersebut
akan menimbulkan gejalagejala berikut: siaga, percaya diri, euphoria (perasaan
gembira berlebihan), banyak bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu makan,
berdebar-debar, tekanan darah menurun, dan napas cepat. Jika overdosis akan
menimbulkan gejala-gejala: jantung berdebar-debar, panik, mengamuk, paranoid
(curiga berlebihan), tekanan darah naik, pendarahan otak, suhu tubuh tinggi,
kejang, kerusakan pada ujung-ujung saraf, dan dapat mengakibatkan kematian.
Jika sudah kecanduan, kemudian dihentikan akan menimbulkan gejala putus obat
sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan, depresi, dan mudah
tersinggung.
20
BAB III
penutup
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami manfaat kimia dalam
kehidupan sehari-hari,semoga informasi
ini bisa membantu kita semua dalam menambah wawasan dalam bidang kesehatan
3.2 SARAN
Makalah ini memang masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar